SISWA SMA N 1 LINGGA BERPARTISIPASI MELESTARIKAN BUDAYA MELALUI AJANG SISWA MENGENAL NUSANTARA 2018

Saya ingin mengingatkan kita semua dengan Program tahunan BUMN yang mengusung tajuk Hadir untuk Negeri tahun 2018. Melalui PT Pelabuhan Indonesia I (Pelindo) mengadakan kegiatan Siswa Mengenal Nusantara (SMN) dari tanggal 3 s.d 16 September 2018 di dua kota besar di Indonesia yaitu Yogyakarta dan Semarang.  Kegiatan SMN tahun 2018 ini merupakan program yang dinisiasi Kementrian BUMN dan difasilitasi seluruh BUMN yang akan diikuti sebanyak 20 siswa dari masing-masing kabupaten kota dan diberikan kepada siswa-siswi kurang mampu dan berprestasi didampingi oleh guru teladan.

Nah saat itu, kegiatan ini semula direncanakan akan dilaksanakan minggu ke 3/4 Agustus 2018 dengan lokasi pertukaran di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan pembekalan SMN di bulan Agustus pada minggu 2/3 namun dialihkan ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah kita SMA Negeri 1 Lingga telah melakukan seleksi internal pada siswa-siswi yang memenuhi syarat sesuai dengan permintaan kegiatan melalui wawncara dan observasi terhadap peserta didik. Maka terpilihlah siswi yang bernama lengkap Irma Ningsih dari kelas XI MIA-2.

Kali ini kita akan menyimak pengalaman Irma Ningsih ya. Mulai dari proses seleksi hinga keberangkatannya dalam mengikuti kegiatan SMN di Yogjakarta selama dua pekan. Menurut guru Waka Kesiswaan ibu Syafni Erida, S.PdI,M.PdI pemilihan siswa dilakukan dengan sangat objektif,  “Siswa yang bersangkutan (Irma, red) layak untuk dipilih mengikuti kegiatan SMN karena memenuhi persyaratan seperti aktif di organisasi ROHIS dan mudah bersosialisasi. Meskipun anaknya berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun ia memiliki prestasi akademik.”tuturnya.

Setelah ditunjuk mewakili sekolah dalam selesi SMN di kota Tanjungpinang, siswa yang disapa dengan panggilan Irma ini, merasa sangat senang meskipun ada sedikit keraguan mengingat letak lokasi kegiatan tersebut berada cukup jauh yaitu NTB. “Sebenarnya jujur sebelum pergi ke Lombok ada sedikit keraguan, antara pergi atau tidak. Karena saat itu saya baru mengetahui bahwasannya ketika nanti lulus seleksi saya akan pergi sendirian.”imbuhnya dengan sedih. Irma juga menambahkan “Memang dalam konteks ini ada teman-teman lain yang juga akan mewakili kabupaten masing-masing. Tapi karena ini pertama kalinya saya berangkat sendirian dan tujuannya jauh pula maka saya merasa takut dan orangtua pun merasa agak ragu untuk memberikan izin, walaupun surat izinnya sudah ditandantangani.”

Situasi perasaan yang sulit ini ternyata sempat dirasakan Irma sebelumnya. Ia pun beberapa kali berkonsultasi melalui pesan singkat dan menemui guru Pembina ektrakurikuer KIR, Ibu Nugraheni Dwi Agustin,S.Pd. “Alhamdulillah guru-guru selalu mensupot saya. Mereka bilang ini adalah peluang dan kesempatan yang jarang dimiliki orang lain. Alhmadulillah saya pun akhirnya mengikuti kegiatan tersebut dan orangtua sudah tidak cemas lagi.” Ujarnya sumringah.

Seleksi yang Irma ikuti dimulai dari menulis easai tentang motivasinya mengikuti kegiatan SMN dan wawancara di Kota Tanjungpinang. Ia di damping oleh Ibu Fitrina Zimarty,S.Pd selama kegiatan seleksi selama satu hari di Kota yang berjulukan Segantang Lada. Ketika ditanya motivasinya mengikuti kegiatan ini Irma mengaku sangat ingin mengikuti kegiatan ini agar kebudayaan yang ada di Indonesia tetap terjaga kelestariannya. Serta situs-situs budaya yang belum terekspose bisa lebih diperkenalkan lagi kepada generasi muda bangsa.

Namun, sempat ada penundanaan dan sedikit perubahan lokasi keberangkatan SMN ke NTB karena pada tanggal 29 Juli 2018, Lombok diguncang bencana gempa bumi berskala 6,4 Mw pukul 06:47 WITA.  Hal ini sempat menimbulkan keprihatinan dan kesedihan bagi Irma dan kawan-kawan. Namun ia masih bersyukur karena kegiatan tetap dapat dilaksanakan walaupun dialihkan ke Yogjakarta.”Yogya juga merupakan kota yang kaya akan budaya. Jadi kesempatan kami untuk menambah wawasan dan pengalaman mengenai kebudayaan tidak terhalangi.” Meskipun Irma sangat ingin berada di Lombok untuk mengenal kebudayaan, tradisi dan kesenian di sana secara langsung ia kini hanya bisa menunda sementara keinginannya itu.

Ketika ditanya apa yang sangat Irma inginkan jika bisa berada di Lombok siswa kelas XI ini menuturkan ”Nah, Lombok itu kan termasuk Indonesia bagian Tengah, tentunya pakaian tarian yang ada di sana akan sangat berbeda dengan di Kepuluan Riau. Sehingga saya bisa merasakan nuansa baru.” Lain lagi dengan harapannya saat akan ke Yogya “Jika di Yogya pengalaman yang ingin saya dapatkan yaitu membatik. Ke objek wisata bersejarah dan wisata yang menguji adrenalin.” Irma juga menyebutkan contoh budaya membatik di Yogya yang memiliki banyak jenis dan ciri khas. Tak hanya batik tulis yang memiliki nilai yang tinggi. Tariannya juga tidak kalah menarik, tambahnya.

Rombongan siswa SMN Provinsi kepulauan Riau menghabiskan waktu selama satu minggu di Yogyakarta, Irma dan kawan-kawan tentunya memperoleh banyak sekali pengalaman. Mereka mengunjungi Keraton Yogyakarta, Mesjid Gedhe, Taman Sari, Candi Borobudur, Candi Mendut, Pohon Pinus, Pusat Batik Griliyo, pembuatan Bakpia, Sam Po Kong, Lava Tour,  tempat makanan khas Yogya dan masih banyak lagi. Tidak hanya Yogya, rombongan SMN pun menyambangi kota Semarang dalam tiga hari.

Tempat yang paling menarik bagi Irma adalah saat ia mengikuti Lava Tour yaitu menuju Gunung Merapi menggunakan Mobil Jeep. Ramai-ramai melewati jalan bebatuan, menyusuri sungai dan panorama alam. Di tengah perjalanan rombongan berhenti sesaat di museum. “Di sana banyak peninggalan-peninggalan bekas letusan gunung Merapi. Ada gelas meleleh, tengkorak sapi, foto-foto waku erosi dan masih banyak yang lainnya.”

Ia merasa begitu mudah bergaul dengan teman-temanya.”Mereka memiliki sifat yang bersahabat, mudah bergaul dan tidak membeda-bedakan antara satu dengan lainnya. Terlihat ketika kami bermain bersama salah satu teman dari SLB, mereka sangat menikmati. Momen kebersamaan inilah yang paling sulit kami lupakan.” Irma bahkan merasa sangat berat ketika harus berpisah dengan teman-temannya. Waktu dua minggu teralalu singkat baginya. Ditambah lagi mereka telah memiliki nama panggilan yang lucu-lucu. “Saya dipanggil ummi sama semua teman dan mereka selalu terlihat manja. Ini yang membuat kami merasa sedih saat berpisah. Karena kami sudah seperti keluarga.” Ujarnya mengingat masa-masa dengan teman SMN.

Kegiatan SMN telah banyak memberikannya motivasi dan inspirasi baginya. Ia berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan semakin berkembang. Sehingga dapat memberi peluang bagi anak-anak bangsa untuk saling mengenal dan menggali potensi di seluruh nusantara. Tidak hanya anak-anak yang ada di perkotaan saja namun juga yang berada cukup jauh. “Alhmadulillah setelah kegiatan ini, banyak yang mengenal saya meskipun belum semuanya. Saya menjadi lebih percaya diri saat berbicara di depan umum dengan suara dan sikap yang dapat menyakinkan orang banyak. Saya juga jadi mudah bergaul dan tidak menutup diri lagi tentunya untuk hal-hal yang bersifat positif.”

Kalau begitu kita doakan agar sukses selalu dan terus semangat buat Irma dan terima kasih sudah berbagi pengalamannya di sini. Semoga teman-teman lainnya juga dapat mengambil manfaat dari kisah Irma ini. **NG.

Sumber : Nugraheni Dwi Agustin, S.Pd.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*